Good Night, Ale!
2 min readFeb 10, 2024

Tuhan, Aku Cuma Mau Tidur.

Tuhan, aku cuma mau memejamkan mata semalam. Tidak perlu selama-lamanya kalau tidak boleh. Semalam saja pun boleh. Aku lelah bangun tiap malam dan harus bertengkar dengan diriku sendiri. Hariku sudah cukup panjang, aku butuh tidur tenang. Biarkan aku memejamkan mata barang sekejap. Aku sudah kehabisan lagu untuk diputar, otakku tak bisa berhenti berpikir.

Kalau aku bisa tidur, kalau boleh, aku minta berhenti memutar mimpi tenggelam di laut. Aku cuma ingin tidur, gelap saja tanpa perlu ada lagi yang harus aku lihat. Mungkin kalau aku tetap harus mimpi, tolong ajak aku ke padang rumput yang luas, dimana aku bisa berbaring menatap langit. Aku itu takut laut, Tuhan.

Tuhan, tidak perlu buat aku tidur selama-lamanya. Aku cuma mau tidur.

Rasi bangun lagi. Kali ini jam 1 pagi.

Dia menggeram sebal. Sudah sebulan dia terus terbangun di tengah malam, dan tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Siang harinya, kepalanya akan luar biasa sakit karena kurang tidur sebulan lamanya. Rasi mengambil jepitan rambutnya dan mulai menyisiri rambut panjang itu dengan tangannya. Ia menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin di lemari baju. Dia tampak berantakan. Baru ingat semalam dia tidak menghapus riasan wajahnya. Maskaranya sudah luntur ke bawah mata, membuat area pipinya ikut terkena warna hitam.

Rasi mengambil handphone dan earphonenya di meja, dan mulai mencari lagu yang bisa dia dengar supaya dia dapat tertidur. Dia mimpi buruk lagi. Dia mimpi ada di tengah laut sendirian. Laut di mimpinya tengah malam hari. Dia tidak bisa lihat laut itu karena gelap. Tapi dia tahu dia ada di laut karena ada suara riak air laut. Tidak ada yang bisa dia dengar lagi. Tidak ada lagu yang ingin ia dengar lagi. Rasi membiarkan earphone terpasang di telinganya tanpa ada suara apa-apa, hanya menghalangi pendengarannya dari suara AC kamarnya.

Di tengah malam seperti ini, dia baru merasa kesepian. Di tengah keheningan, suara yang paling keras adalah suara dari dalam pikirannya. Mereka berisik. Dia jadi sadar kalau dia tidak punya siapa-siapa. Mungkin dia akan telfon Hanan, ah, tapi sepertinya mereka tidak sedekat itu sampai harus ditelpon tengah malam. Rasi sudah menyudahi hubungannya dengan El, tidak mungkin dia akan telpon El. Ibu akan marah kalau tahu Rasi tidak tidur lagi, tidak mungkin bilang Ibu. Tidak juga menelpon kakak laki-lakinya, dia pasti sibuk. Dia juga tidak terlalu punya empati walaupun dia baik padanya.

Di waktu-waktu seperti ini, dia sadar kalau dia cuma punya dirinya sendiri di dunia ini.

Tapi, kalau dia cuma bisa bergantung pada dirinya sendiri. Kenapa Tuhan buat dia rapuh begini? Bagaimana caranya dia bergantung pada diri sendiri, kalau dirinya sendiri masih mengapung?

Rasi membuyarkan pikirannya. Dia menarik selimutnya kembali dan berusaha memejamkan mata. Dia sudah lelah berbicara dengan dirinya sendiri. Dia lelah sekali.

Tuhan, dia hanya ingin tidur.

Good Night, Ale!
Good Night, Ale!

Responses (4)