If the Future is Ours

Good Night, Ale!
2 min readMar 2, 2025

--

Photo by Gabe on Unsplash

Dua bintang terlihat berkerlip malam ini. Mereka bersinar berdekatan seperti sepasang kekasih.

Amara menatap jauh langit malam di atas meja makan, seiring jauhnya percakapan mereka malam ini. Angin malam terus mengelus rambutnya dengan lembut. Jaket Abel yang dia kenakan tak mampu menahan badannya dari dingin angin malam. Kepiting besar di atas meja tak terhiraukan saking asyiknya obrolan mereka malam ini.

Bermula karena pernyataan kalau kita tidak makan kepiting ini, mungkin dia masih punya masa depan.

Ngomong-ngomong, how would you picture your future? Adakah aku di masa disana?

Ada, Ra. Ada. Abel tersenyum manis mendengar pertanyaan Ra.

Abel mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan. Dia tampak berpikir sebentar. Hening di antara mereka, menyisakan suara kerang yang tengah di masak di wajah dari area dapur tempat makan, dan suara kendaraan lalu lalang.

Abel menjawab dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, “Aku selalu mikirin masa depan, Ra. I always have a plan. Plan A, B, C… all the way to Z. I hate uncertainities. I always prepare for the worst scenarios. Apa yang aku lakukan kalau aku gagal, dimana aku kerja, dimana aku tinggal.”

“Tapi, kalau soal kamu, Ra. To be honest, I don’t have a plan B.” Abel menatap mata Amara lebih intens.

Amara mengernyit bingung. Dia memiringkan kepalanya. “Maksudnya?”

“Karena aku nggak bisa bayangin masa depan aku tanpa kamu, Ra. There’s no plan B for you. Kamu harus ada di masa depan aku. Mau atau nggak. Harus.” Abel memelototi Amara yang tadinya sudah serius mendengarkan.

Tawa Amara langsung pecah menyadari makna kalimat Abel barusan. Pipinya langsung memerah karena malu.

“Aku udah prepare segala hal, Ra. Kecuali kehilangan kamu.”

--

--

Good Night, Ale!
Good Night, Ale!

Responses (3)