Cause You’re Not Here, And It Don’t Feel Right

Good Night, Ale!
3 min readDec 25, 2024

--

Tapi sementara kamu ada disini, semua terasa baik-baik saja.

Naura menghabiskan malam sampai pagi butanya bersama Deva di taman samping apartemen Sarah, tanpa Sarah yang sudah terlelap. Mereka duduk di kursi taman berdua, membiarkan angin malam berusaha menerobos masuk ke dalam baju tebal mereka.

Dari mulai kabar selama sepekan, sampai beban hati selama setahun, semua mereka tuangkan malam itu. Naura menceritakan sepanjang tahunnya yang kelabu. Pertengkaran dan ketidakjelasan hubungannya dengan Alegra membuatnya banyak mencari distraksi. Apapun dia lakukan untuk tidak menangisi laki-laki itu. Terlalu banyak perasaan yang tak beraturan di kepalanya selama setahun, Naura tidak dapat mengingat tahunnya dengan baik. Dia seolah kehilangan kalender di kepalanya. Di kepalanya, hanya ada awal tahun dimana hubungannya mulai renggang, pertengahan tahun dimana hubungannya semakin di ujung tanduk, dan akhir tahun saat Naura mengakhiri hubungannya dengan Alegra.

Deva menceritakan sepanjang tahunnya di Singapore selama mereka berdua kehilangan kontak. Dia mencoba banyak hal baru, dari mulai kelas memasak, volunteer, sampai berkencan. Dia berusaha menyibukkan diri dari harapan dan kenangan di kepalanya. Kencan dan distraksinya tak berlangsung lama, dia memutuskan untuk kembali menghubungi Naura di pertengahan tahun.

Kenapa?

To accept everything.

“I think dengan cara aku hubungin kamu lagi, aku belajar buat bener-bener nerima dan berdamai. Dari pada aku ngabisin waktu pura-pura nggak kenal kamu. Dan mau gimanapun juga, kamu kan temen baik aku.”

Naura mengangguk-angguk seolah paham, meskipun kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan. Dia tidak bergerak dari posisi nyamannya. Bersandar di bahu kiri Deva dan kedua tangan di saku jaket. Keduanya terasa hangat.

Terus sekarang, kamu udah berdamai?

Tanya Naura, dalam hati. Posisi nyaman dan hati yang sungkan membuatnya tak jadi membuka mulutnya.

Mereka selalu nyaman. Nyaman adalah kata yang mendeskripsikan persahabatan mereka, atau, apapun itu namanya kalau dua orang suka bilang I miss you so much, bersandar di bahu, dan terpilih jadi Favorite Couple di buku tahunan sekolah walaupun tidak pacaran.

Deva merasa nyaman ada di sekitar Naura. Dia merasa nyaman jadi dirinya sendiri di dekat Naura.

Naura juga. Dia merasa nyaman untuk selalu kembali kepada Deva, sesuka hatinya. Karena dia tahu Deva akan terus ada.

Di tengah keheningan, Naura menapak tilas perasaanya sepanjang 8 tahun pertemanan mereka. Pernahkah dia merasakan perasaan yang sama seperti yang tengah dia rasakan sekarang?

Dia merasakan sesuatu yang berbeda.

Nyaman yang berbeda dari biasanya.

Dia tidak ingin pergi dari taman ini, atau berpindah dari posisi ini, atau pergi dari Deva di sebelahnya.

Sampai besok hari? Bukan, selama-lamanya.

“Sekarang apa yang kamu rasain?” Tanya Naura lirih. Sengaja mengecilkan volume suaranya, mengambil satu di antara dua kemungkinan Deva akan mendengarnya atau tidak.

“Hm? Apanya?” Deva menoleh ke Naura di bahunya. Dia sudah kehilangan arah percakapan karena keheningan sudah beberapa saat menjeda percakapan mereka.

Naura tidak menjawab. Dia menunduk. menatap kaki mereka yang bersebelahan. Mereka selalu bersebelahan. Mereka sering duduk bersama di bangku SMA. Mereka sering duduk bersebelahan di dalam mobil Deva. Mereka sering duduk berdua di sofa milik Sarah.

Sesuatu dari pemandangan ‘bersebelahan’ mereka membuat Naura merasakan sesuatu yang aneh, berbeda dari biasanya.

“Setelah ketemu kamu lagi maksudnya?”

Naura tidak menjawab. Hanya mengangguk kecil. Kecil sekali bahkan rasanya yang mengangguk hanya kedipan matanya. Tidak akan ada yang sadar kecuali Devara Ryan Kaligis.

Happy, mostly. I miss you as a friend, Nau. You’re such a good friend. The best that I could have.”

Naura tersenyum kecil. Itu senyum paling lebar yang bisa dia paksakan karena ingin tidur dan ingin dengar yang lain. Bukan itu yang seharusnya keluar dari mulut Deva, sahabatnya.

Semua itu terasa tidak cukup. Bahkan setelah pulang bersama, bertelpon sampai tidur, dan diantar pagi-pagi menuju kantor. Semua terasa masih kurang buatnya sekarang.

--

--

Good Night, Ale!
Good Night, Ale!

No responses yet