Berbahagialah yang Masih Bisa Bahagia

Good Night, Ale!
3 min readJan 28, 2024

--

Rasi bangun dari tidurnya.

Dia berharap dia tidak bangun lagi.

Tapi, dia masih bangun pagi ini.

Rasi bangun dari kasurnya. Wajahnya terasa berminyak, tidak nyaman. Dia belum mencuci wajahnya semalam sebelum tidur. Dia berhenti peduli dengan tubuhnya. Mencuci muka saja terasa berat, apalagi sarapan. Dia sudah lama tidak merasa lapar.

Rasi membuka laci meja kecil di samping kasurnya. Diambilnya sebuah kemasan kardus kecil berwarna putih dan merah dengan tulisan Smoking Kills di bagian bawahnya. Ia mengambil sebatang rokok dari dalam kardus itu, dan menyalakan korek api. Dalam sekejap, kamarnya kembali bau rokok dan dipenuhi asapnya. Rasi tidak lagi membuka pintu balkonnya supaya asap bisa keluar dan bunga-bunga kering di kamarnya tidak terkena asap rokok. Kamarnya sudah sebulan bau rokok.

Rambutnya belum disisir entah sejak kapan. Rambut panjang hitam legam itu tidak lagi terurus. Rambut itu selalu cantik, bahkan di Rasi yang tidak bahagia sekalipun, rambut itu masih cantik.

Rasi kembali membaringkan tubuhnya di kasur. Hari ini dia tidak pergi ke sekolah, lagi. Mama sudah berhenti peduli. Kakak-kakaknya sudah berhenti mengetuk pintu kamar dan memaksanya pergi ke sekolah. Teman-temannya masih menelpon, tapi tak pernah dia hiraukan.

Rasi meraih buku novel di sudut kasurnya. Dunia Sophie, judulnya. Rasi tersenyum kecil. Masih ada garpu yang dia gunakan sebagai penanda buku di tengah-tengah halaman. Rasi 12 tahun suka sekali buku ini. Rasi kecil yang aneh. Dia masih ingat betapa senangnya Rasi kecil membaca buku itu berkali-kali.

Dulu, sepulang sekolah, dia akan langsung melompat ke kasurnya dan membaca Dunia Sophie. Seolah hilang lelah dan gundah gulananya kalau sudah membaca buku itu. Bahagia mudah sekali waktu itu.

Kakinya tanpa sengaja menyenggol karangan bunga yang sudah kering di atas meja belajar. Itu buket bunga dari El beberapa bulan lalu. Saat itu dia senang sekali. Ah, mudahnya.

Kamarnya dipenuhi vas bunga berisi bunga-bunga kering. Dari mulai mawar, aster, sampai sedap malam yang sudah mati. Rasi senang bunga-bunga mati.

Sekarang, dialah bunga-bunga mati itu.

Ia memandangi vas-vas bunga yang berserakan di lantai. Dulu, El selalu bingung kenapa dirinya suka mengoleksi bunga kering. Rasi akan menjelaskan dengan senang hati kalau bunga mati lebih cantik dari bunga hidup. Dia tidak takut kuntilanak.

Dulu, bunga mati saja buat dirinya bahagia.

Sekarang, seisi duniapun tak akan bisa mengukir senyum di wajahnya.

Hatinya serasa mati. Dunianya kelabu dan penuh asap rokok. Kepalanya berat dan matanya bengkak setiap malam.

Dia berusaha bahagia setiap malam. Percayalah, dia benar-benar berusaha.

Dia berusaha mengulang semua hal yang membuatnya bahagia di kemarin dulu. Rasi membaca buku Dunia Sophie sepulang sekolah, membelikan dirinya bunga segar dan membiarkan mereka mati, menonton Scooby-Doo sampai ketiduran, atau merokok di balkon kamarnya.

Semuanya tak berhasil. Dunia ini tidak ada lagi rasanya. Kalimat bertahan demi hal kecil hanya omong kosong buatnya. Jangankan hal kecil, hal besar sekalipun tidak akan berhasil membuatnya bertahan. Dia sudah kehilangan makna hidup. Dia sudah kehilangan dirinya dan bahagianya. Hal kecil, hal besar, semua tidak akan membuatnya bahagia.

Kalau hal kecil masih bisa membuatmu bahagia, bahagialah. Berbahagialah yang masih bisa bahagia.

--

--